Kamis, 29 Mei 2014

Budaya Aceh : Mulia Jamei Ranub Lampuan


Berdasarkan data dalam naskah Ensiklopedi Musik dan Tari Daerah Provinsi Daerah Istimewa Aceh yang diterbitkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1986, tari Ranub Lampuan mulanya hanya terdapat di Banda Aceh. Dalam waktu relatif singkat kemudian tari ini telah dijumpai pula di kabupaten/kota lainnya, terutama daerah pesisir Aceh.

Ranub ialah sirih, lam berarti dalam atau di dalam, dan puan merupakan cerana. Itu sebabnya, Ranub Lampuan secara harfiah diartikan sirih di dalam cerana.

Tari ini diciptakan sekitar tahun 1962 oleh Yuslizar, 34 tahun, warga Banda Aceh, penata tari pada group tari Pocut Baren. Tari ini ditarikan oleh tujuh penari perempuan remaja. Sebagai pengiring tari ialah musik modern (band atau orkestra) dan dapat juga dengan musik tradisional serune kalee dan geundrang.

Perlengkapan tari ialah puan (cerana) tujuh  buah yang terdiri enam buah untuk penari biasa, dan sebuah karah (puan memakai tutup) untuk primadona atau penari utama. Sirih yang dihidangkan kepada tamu sudah diramu, berbentuk piramida, dan biasanya pinangnya sudah direbus dengan air gula.

Tari ini berlatarbelakang adat-istiadat yang hidup dan tetap terpelihara di Aceh, khususnya adat menerima dan menghormati tamu. Hal ini terlihat melalui simbolik gerak tari penari maupun melalui perlengkapan tari, sirih yang disuguhkan kepada tamu. Gerak tari terlihat tertib dan lembut sebagai ungkapan keikhlasan menerima tamu.

Seperti gerak salam sembah, gerak lembut ke samping kanan kiri, dengan tangan mengayun adalah ungkapan kehidmatan mempersilahkan para tamu duduk, dan suguhan sirih adalah pelambang persaudaraan, sebagai mukaddimah dari setiap hajad dalam pergaulan hidup bermasyarakat.

Karena itu menurut jenisnya tari ini digolongkan sebagai tari adat/upacara. Penampilannya adalah guna menghormati tamu. Selain dipentaskan, tari ini adakalanya diadakan di tempat upacara penyambutan tamu negara, seperti di lapangan terbang dan lain-lain.

Dalam perkembangannya, menurut Tgk. Yusdedi mantan Koordinator Sanggar Pocut Meurah Inseuen Lhokseumawe, tari Ranub Lampuan banyak mengalami perubahan. “Seperti di Lhokseumawe, gerakan-gerakan tari itu banyak yang ditata kembali, dihilangkan lenggak-lenggok pantat para penari,” ujar Tgk. Yusdedi kepada atjehpost.com, Sabtu, 15 Maret 2014.

Musik pengiring tari Ranub Lampuan, kata Tgk. Yusdedi, mulanya adalah orkestra. Belakangan, kata dia, diganti dengan seureune kale setelah para peñata tari di Aceh mengadakan pertemuan membahas tari tersebut. Sementara jumlah penari tergantung luas tempat yang tersedia, namun tetap mengacu angka ganjil: lima atau tujuh perempuan.

“Tari Ranub Lampuan adalah tari persembahan di depan petinggi negara dan untuk menyambut tamu-tamu yang dimuliakan,” kata Tgk. Yusdedi.
 
***
Tari Ranub Lampuan yang pada akhirnya secara nyata menghidangkan sirih dalam cerana kepada tamu, kata Nurdin AR, itu melambangkan keramah-tamahan sebagaimana adat orang Aceh memuliakan tamu. “Seperti pepatah Aceh, mulia jamei ranub lampuan, mulia rakan mameh suara (menghormati tamu dengan sirih dalam cerana, memuliakan teman dengan suara manis),” ujar Nurdin AR, mantan Kepala Museum Aceh, dalam percakapan dengan atjehpost.com, belum lama ini.

Nun jauh sebelum munculnya tari Ranub Lampuan, kata Nurdin AR, masyarakat Aceh sudah membudayakan makan sirih, dan menghidangkan kepada tamu. Itu sebabnya, di rumah-rumah orang Aceh dulunya ada rampagoe, cubek, leusong, alee, cumboi, kerandan, ceureupa, cerana, batee ranup, dan lainnya. “Semuanya bernilai seni,” katanya.

Berdasarkan data dilansir situs museum.acehprov.go.id, salah satu koleksi Museum Aceh adalah cubek atau alat pelumat sirih. Situs itu menjelaskan, cubek terbuat dari kuningan, berbentuk silinder dengan hiasan garis-garis horizontal, bola-bola kecil, suluran. Cubek terbagi dua bagian, satu bagian lesung dan satu bagian lagi sebagai alat (alu penumbuknya).

“Budaya makan sirih di Aceh sejak jameun keureueunteun, zaman Kerajaan Aceh Darussalam sudah ada. Zaman silam tidak dihidangkan kopi kepada tamu, budaya minum kopi di Aceh berkembang sekitar 100 tahun terakhir, artinya memang baru,” ujar Nurdin AR yang kini Dosen Filologi Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh.

Peneliti sejarah, Denys Lombard, dalam bukunya “Kerajaan Aceh Zaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636)”, menceritakan tentang pengalaman salah seorang tamu asing yang berkunjung ke Kerajaan Aceh masa itu. Tamu tersebut, Beaulieu menuturkan bahwa setelah tamu asing menghadap, kemudian raja akan menjamu kapten dan perwira-perwiranya dengan sangat baik. Lalu ditawarkan sirih yang ditempatkan pada wadah emas yang besar dengan tutup dari zamrud.

Menurut kesaksian Usman Budiman mantan Ketua Majelis Adat Aceh (MAA) Lhokseumawe, zaman lampau di rumah-rumah orang Aceh ada batee ranub yang di dalamnya berisi sirih, pinang, gambir, bunga lawang, dan boh cuko. Ada pula plok gapu (tempat kapur), rampagoe (alat memotong pinang), dan cubek.

“Setiap tamu yang datang ke rumah disuguhkan sirih untuk menciptakan keharmonisan. Selain untuk tamu, indatu kita menyarankan kepada teman, keluarga termasuk cucunya agar makan sirih. Makanya indatu kita mewariskan nasehat: mulia wareh ranup lampuan, mulia rakan mameh suara,” kata Usman Budiman saat bercakap-cakap dengan atjehpost.com, Jumat, 14 Maret 2014.
Usman Budiman memperkirakan budaya makan sirih di Aceh berasal dari India. “Indatu kita dari India, orang makan sirih,” ujarnya.

Data dilansir situs resmi Perpustakaan Negara Malaysia, www.pnm.my, menyebutkan tradisi makan sirih merupakan warisan budaya silam, melebihi 3.000 tahun yang lampau atau zaman neolitik, dan diamalkan dengan meluas di rantau Asia Tenggara, hingga ke abad kini.

Tradisi ini tidak dapat dipastikan dari mana asalnya. Berdasarkan cerita-cerita sastra, ia dikatakan berasal dari India. Namun jika berdasarkan bukti linguistik, kemungkinan besar tradisi ini berasal dari kepulauan Indonesia.

Pelayar terkenal Marco Polo pada abad ke-13 telah menulis dalam catatannya bahwa terdapat segumpal sentil atau songel tembakau di mulut kaum India. Kenyataan ini dijelaskan pula oleh penjelajah terdahulu daripadanya seperti Ibnu Batutah dan Vasco Da Gama yang menyatakan terdapat masyarakat di sebelah Timur memakan sirih.

Di Malaysia, kata Usman Budiman, hingga kini masih berkembang budaya makan sirih. Kalau kita pergi ke daerah Klang, Malaysia, kata dia, di pinggir jalan kawasan industri itu banyak sekali orang India yang menjual sirih.

“Saya baru pulang dari Malaysia malam kemarin. Saat datang ke daerah Klang itu, saya bilang: nyoepat baro na makanan tanyoe (ini baru ada makanan kita/sirih)”.

Sirih yang dijual orang India di Negeri Jiran itu, menurut Usman Budiman, sama seperti sirih di Aceh, termasuk pinang, dan kapur.

Akan tetapi, kata Usman Budiman, budaya makan sirih di Aceh saat ini mulai langka. Itu sebabnya, tokoh adat yang pernah menjabat pimpinan dan anggota DPRD Aceh Utara selama 30 tahun ini, meminta pemerintah daerah melalui lembaga adat menghidupkan kembali budaya makan sirih agar tidak lenyap di bumi Aceh.

“Pejabat pemerintah dan tokoh masyarakat harus membudayakan kembali makan sirih, kalau datang tamu ke kantor dan rumah, suguhkan sirih. Jadi jangan hanya dipamerkan tari Ranub Lampuan, kemudian diambil sirih dimasukkan ke kantong, tidak dimakan,” ujar Usman Budiman.

***

Sekitar dua tahun sebelum lahirnya tari Ranub Lampuan yang diciptakan Yusrizal, di Aceh sudah ada lagu Ranub Lampuan. Menurut data dari Ensiklopedi Musik dan Tari Daerah Provinsi Daerah Istimewa Aceh yang diterbitkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, lagu Ranub Lampuan diciptakan oleh T. Djohan bersama Anzib sekitar tahun 1960.

Lagu Ranub Lampuan cukup popular di Aceh. Selain sebagai lagu daerah Aceh, lagu ini juga berfungsi mengiring tari Ranub Lampuan. Lengkapnya lagu ini adalah :

Saleum alaikom tengku baro troh
Tamong neu piyoh neuduek bak tika
Ranub Lampuan sinan ulon boh
Geunanto bungkoh bohru peut punca…. (2x)
Ranub lam uteun, pineung nyang luroh
Lawang jih lon boh meu ada kala
Nyang na mudahan, teungku neu pajoh
Jaroe lon siploh ateuh jeumala…. (2x).

0 komentar:

Posting Komentar

:) :( ;) :D ;;-) :-/ :x :P :-* =(( :-O X( :7 B-) :-S #:-S 7:) :(( :)) :| /:) =)) O:-) :-B =; :-c :)] ~X( :-h :-t 8-7 I-) 8-| L-) :-a :-$ [-( :O) 8-} 2:-P (:| =P~ :-? #-o =D7 :-SS @-) :^o :-w 7:P 2):) X_X :!! \m/ :-q :-bd ^#(^ :ar!